Setiap daerah hampir dipastikan selalu
memiliki masalah yang sama soal penanganan sampah yang dihasilkan oleh
warganya. Sampah yang menggunung tentu menimbulkan masalah kesehatan dan
kenyamanan baik dari bentuk fisik maupun bau yang ditimbulkan.
Saat ini memang sudah ada pekerja lepas
yang akan memiliah dan memilih sampah sesuai dengan jenisnya. Mereka adalah
pemulung yang kadang dipandang sebelah mata oleh sebagian dari kita, padahal
tanpa disadari para pemulung yang ikut membantu program SAVE THE WORLD secara
sukarela tanpa harus digerakkan oleh program-program hebat yang memakan banyak
biaya.
Pemulung memilih sampah berdasarkan
tingkat laku jualnya di lapak para pengepul sebelum dibawa ke pabrik pengolahan
untuk dijadikan barang baru yang layak jual. Umumnya pemulung akan memisahkan
sampah an organik seperti besi/logam, kertas, dan plastik.
Jika anda kebetulan tinggal di wilayah
Jabodetabek maka anda akan mudah menemukan lapak-lapak di beberapa tempat yang
biasanya dimiliki oleh orang Madura dan Sunda. Mereka terkumpul dalam komunitas
yang khas dan kompak dalam mengirimkan barang ke pabrik pengolahan.
Bisnis besi/logam biasanya di kuasai oleh
orang Madura dan orang Sunda lebih banyak bergerak di limbah kertas dan
plastik. Tetapi sebenarnya tidak hanya orang Madura dan Sunda yang ikut
meramaikan bisnis GO GREEN ini karena sekarang juga banyak orang Jawa, Batak,
Bugis, dll yang mulai tertarik dan menggeluti bidang per-sampah-an ini. (Ini
berdasarkan pengalaman pribadi, relasi bisnis saya berasal dari berbagai suku
bangsa bahkan ada orang Korea dan India yang datang ke Indonesia untuk
berinvestasi di bisnis sampah)
Sampah adalah tumpukan uang yang terbuang
di setiap daerah. Asalkan kita jeli maka banyak hasil yang bisa didapatkan
dalam bisnis ini.
Kali ini, Saya akan sedikit berbagi
tentang sampah plastik yang sulit diurai secara alami.
Secara teori ilmiah, jenis plastik
dibedakan menjadi PETE/PET,
HDPE, PVC, LDPE, PP, PS dan campuran. Tapi kalau kita
bicara dengan nama ini akan menemukan banyak kendala di lapangan. Pemulung di
tingkat bawah (biasanya) adalah profesi yang banyak dikerjakan oleh komunitas
dengan tingkat pendidikan yang ala kadarnya dan minim. Mereka akan pusing jika
harus menghafalkan nama ilmiah plastik seperti itu.
Komunitas pemulung mengenal sampah plastik
dalam kategori:
- Plastik Kerasan
- Plastik Daun/Lembaran
Plastik Kerasan masih dibagi dalam
kategori:
- Emberan
- Mainan
- PVC
Plastik Daun/Lembaran masih dibagi dalam
kaegori:
- PP
- PE
- HDPE
- OPP
- dll
Masing-masing jenis plastik mempunyai
harga berbeda di tingkat pengepul dan pabrik. Harga plastik ini naik turun
(katanya sih) mengikuti kurs dollar dan harga minyak dunia. Jadi sebetulnya
perdagangan plastik bersifat global karena boss-boss besar harus rajin mencari
informasi dari pasar dunia.
Pemain plastik mayoritas memilih jenis
plastik kerasan, sedangkan peluang masih terbuka luas untuk bermain di plastik
daun karena tingkat kerumitan yang lebih tinggi. Selain itu pemulung juga malas
mengambil plastik daun karena beratnya ringan sehingga mereka akan menemukan
kesulitan dalam proses transportasi.
Jika anda tertarik menggeluti bisnis
sampah plastik dan anda adalah seorang pemula yang buta terhadap ilmu plastik,
saya sarankan anda fokus di
sampah plastik daun jenis HDPE.
Kenapa?
Plastik daun HDPE dalam bahasa pemulung biasa disebut ‘ASOY’ dan bahasa masyarakat umum adalah ‘kantong kresek’. Harga sampah ini paling murah diantara yang lain
karena ini adalah sampah dari sampah plastik padahal jenis plastik ini yang
paling banyak ditemukan di TPA.
Saat ini setiap keluarga pasti membuang
kantong kresek setiap harinya dan setiap warung / toko memakai kantong kresek
sebagai tempat belanjaan. Maka ini adalah sampah terbesar yang mudah ditemukan.
Anda tidak perlu mencari orang ahli dalam
bidang plastik kalau untuk mengelola asoy ini. Anda tinggal instruksikan:
‘Kumpulkan semua jenis kantong kresek, apapun warna dan ukurannya.’
Cukup? Selesai?
Belum. Itu kan instruksi anda ke orang lapangan yaitu komunitas pemulung. Instruksi anda ke tenaga kerja di gudang anda adalah: ‘Pisahkan kamtong kresek menurut warnanya. Hitam, bening dan warna campuran.’
Belum. Itu kan instruksi anda ke orang lapangan yaitu komunitas pemulung. Instruksi anda ke tenaga kerja di gudang anda adalah: ‘Pisahkan kamtong kresek menurut warnanya. Hitam, bening dan warna campuran.’
Kenapa?
Karena ada beberapa pabrik menerapkan harga penjualanyang berbeda jika anda ingin menambah keuntungan dari kantong kresek. Harga termurah adalah warna hitam, dikuti warna campuran dan harga termahal adalah warna bening.
Karena ada beberapa pabrik menerapkan harga penjualanyang berbeda jika anda ingin menambah keuntungan dari kantong kresek. Harga termurah adalah warna hitam, dikuti warna campuran dan harga termahal adalah warna bening.
Apalagi?
Dalam bisnis plastik daun dikenal type plastik utuhan/gabruk, sobek dan sobek cuci. Ini juga harganya berbeda. Harga termurah adalah plastik utuhan/gabruk yaitu plastik apa adanya dari pemulung langsung dijual ke pabrik, disusul plastik sobek yaitu plastik yang disobek (garing banget ya? hehehe) dan harga termahal adalah plastik yang disobek dan dicuci sebelum dikirim ke pabrik.
Waduh, kok susah ya?
Iya, susah pada awalnya kalau anda belum terbiasa. Nanti naluri bisnis anda akan berjalan sendiri seiring berjalannya waktu.
Iya, susah pada awalnya kalau anda belum terbiasa. Nanti naluri bisnis anda akan berjalan sendiri seiring berjalannya waktu.
Asal tau saja, saya belajar ilmu plastik
ini dengan dana puluhan juta karena salah beli dan ditipu rekan bisnis. Tapi,
inilah proses belajar perlu ada yang dikorbankan untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dan pengalaman.
http://duniasithole.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar