A.Pendahuluan
Kulit udang
terdiri atas empat lapisan, yaitu : epikutikula, eksokutikula, endokutikula dan
epidermis. Tebal tipisnya kutikula bervariasi, bergantung pada lokasinya, di
daerah kepala tebalnya 75 mikron dan daerah lunak di bagian pangkal kaki hanya
5 mikron. Kutikula terdiri dari 38,7% zat anorganik yang mengandung 98,5%
kalsium. Cangkang kulit udang yang keras tersusun dari protein, mineral kalsium
karbonat ( CaCO3), chitin dan komponen lain seperti lemak dan protein. Untuk
setiap gram kulit udang memiliki kandungan dengan perbandingan sebagai berikut:
(Knorr et al ; 1988)
Kata ”kitin”
berasal dari bahasa Yunani, yaitu ”chiton”, yang berarti baju rantai besi.
Kitin pertama kali diteliti oleh Bracanot pada tahun 1811 dalam residu ekstrak
jamur yang dinamakan ”fugine”. Pada tahun 1823, Odier mengisolasi suatu zat
dari kutikula serangga jenis elytra dan mengusulkan nama ”chitin” (Firdaus dkk,
2009). Pada umumnya chitin di alam tidak berada dalam keadaan bebas, akan
tetapi berikatan dengan protein, mineral, dan berbagai macam pigmen.
Zat aditif
pada makanan adalah zat yang ditambahkan dan dicampurkan dalam pengolahan
makanan untuk meningkatkan mutu. Jenis¬-jenis zat aditif antara lain pewarna,
penyedap rasa, penambah aroma, pemanis, pengawet, pengemulsi dan pemutih. Zat
aditif pada makanan ada yang berasal dari alam dan ada yang buatan (sintetik).
Untuk zat aditif alami tidak banyak menyebabkan efek samping. Lain halnya
dengan zat aditif sintetik (Lutfi 2009). Berikut adalah beberapa efek samping
dan gangguan spesifik yang berhubungan dengan MSG menurut Blaylock yaitu
seperti, kejang, mual, alergi, ruam, serangan asma, sakit kepala, mulut terasa
kering dan dapat mengakibatkan lupa ingatan.
B. Alat dan Bahan
Alat :
·
Wajan 1 buah
·
Blender atau penggiling 1 buah /1 set
·
Oven 1 buah
·
Baskom 1 buah
·
Tampah 1 buah
Bahan
·
Kulit udang ¼ kg (250 gr)
·
Air garam(hangat) secukupnya
C. Prosedur Kerja
a.Pengumpulan bahan
Pada tahap
pengumpulan bahan kulit udang terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
1. Kumpulkan
sampah kulit udang yang berasal dari sampah rumah tangga maupun dari limbah
pabrik. Sampah kulit udang yang dikumpulkan diupayakan belum mengalami
pembusukan.
2.
Tahap selanjutnya penyortiran kulit udang yaitu dengan cara menyisihkan
kulit udang yang telah dikumpulkan. Kulit udang yang masih baik dipisahkan
dengan kulit udang yang telah mengalami denaturasi ( busuk) agar chitosan yang
dihasilkan baik
b.Sterilisasi
1. Cuci
kulit udang tersebut dengan menggunakan baskom dan air garam yang hangat untuk
menghilangkan bakteri-bakteri yang terdapat pada kulit udang secara
berulang-ulang (2 sampai 3 kali). Kemudian bilas lagi dengan air bersih agar
kulit udang telah bersih.
2.
Setelah itu jemur kulit udang tersebut agar mengurangi aroma tak sedap
pada kulit udang itu sendiri dengan menggunakan tampah. Jika ingin
praktis, dapat menggunakan oven dengan suhu 80 sampai 150 derajat celcius.
3. Panaskan
kulit udang di atas wajan hingga benar-benar kering, sehingga kulit udang
benar-benar lunak (rapuh) sehingga lebih mudah diolah menjadi chitosan. (Gambar
4.)
c.Pengolahan
1. Blender
kulit udang tersebut sampai sehalus mungkin, hingga membentuk serbuk, yang
disebut dengan chitosan.
2. Untuk
menghaluskan kulit udang, dapat juga menggunakan penggiling. (Gambar 6.)
3. Setelah
mendapatkan kulit udang yang telah digiling halus, campurkan kedalam masakan,
seperti sup yang berfungsi sebagai penyedap rasa.
sumber:
http://efrizalsiregarteacher.blogspot.com/2011/12/pemanfaatan-sampah-kulit-udang-sebagai.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar