Kamis, 12 Desember 2013

Pembuatan Kompos dari Serbuk Gergajian Kayu



Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya hidup dengan mata pencarian sebagai petani, hidup dipedesaan dengan tingkat kehidupan sosial ekonomi yang relatif sederhana maka dalam mengantisipasi program pembangunan nasional dengan lebih memberdayakan kehidupan masyarakat, baik dalam menciptakan peluang kesempatan kerja, maupun peningkatan pendapatan yang bertambah luas terhadap upaya pengentasan kemiskinan, perlu diciptakan suatu bentuk penerapan teknologi tepat guna dan bermanfaat bagi pengembangan produksi komoditi dengan memanfaatkan limbah di sekitar kita menjadi pupuk (kompos).
Pada industri pengolahan kayu sebagai limbah serbuk kayu biasanya digunakan sebagai bahan bakar tungku, atau di bakar begitu saja tanpa penggunaan yang berarti, sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Febrianto, 1999). Dalam rangka efisiensi penggunaan kayu perlu diupayakan pemanfaataan serbuk kayu menjadi produk yang menjadi lebih bermanfaat. Salah satu pemanfaatnya yang lain adalah sebagai bahan baju pupuk kompos.
Suatu hal yang perlu dimaklumi bahwa Indonesia sebagai negrara tropika basah dengan sebagian besar status dan kondisi lahan marginal, akibat intansitas curah hujan yang tinggi di tambah status pengetahuan dalam upaya konservasi lahan dan kultur teknis agronomis dan pemanfaatan lahan untuk tujuan produksi atas komoditi tanaman yang belum/kurang di pahami masyarakat. Pada beberapa kawasan dijumpai terjadinya penurunan kwalitas kesuburan fisik dan kimia lahan. Untuk mengatasi dan memperbaiki kesuburan lahan, masyarakat sementara ini lebih akrab melakukan pemupukan dengan bahan kimia buatan yang secara fisik dan kimia sering berdampak terhadap penurunan kinerja mikroorganisme serta meningkatnya tingkat kejenuhan yang merubah struktur kondisi fisik dan kimia lahan.
Dengan berkembangnya produk kompos organik sebagai pupuk dengan bantuan formula Efektif Mikroorganisme ( EM – 4 ) selain dapat memperkaya mikroorganisme lahan, juga dapat meningkatakan peran fisiologis dalam menghambat intensitas gangguan hama dan penyakit.
Pada sisi lain dengan status kondisi sosial masyarakat petani yang relatif rendah serta perkembangan harga pupuk kimia yang terlalu mahal untuk petani, perlu dicarikan solusi upaya penyediaan pupuk secara efektif dan efisien yang terjangkau daya beli masyarakat.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi menyangkut fungsi dan peran mikroorganisme dalam proses dekomposisi limbah, dimana secara teknis mudah dilaksanakan serta potensi limbah kehutanan, pertanian dan peternakan yang tersedia di sekitar kehidupan masyarakat maka dimungkinkan solusi penyediaan bahan pupuk organik yang dapat mendukung budidaya berbagai jenis tanaman.

Pembuatan Kompos.
1.  Alat-alat yang digunakan :
-          Cangkul, sekop, garpu, sabit.
-          Ember
-          Termometer
-          Karung goni dan plastik
2.  Bahan-bahan pembuatan kompos.
-          Serbuk gergaji
-          Dedak
-          Limbah pertanian (Sekam padi)
-          Kotoran ternak
-          Gula molases
-          EM-4
-          Air secukupnya

3.  Cara Pembuatan :
-          Serbuk gergaji, limbah pertanian dan kotoran ternak dicampur hingga merata.
-          Tambahkan dedak pada campuran tersebut secara merata pula.
-          Siram dengan larutan EM-4 dan gula molases dicampur dengan air bersih, sambil terus diaduk-aduk.
-          Pemberian larutan EM-4 dan gula molases hingga mencapai kelembaban 50%.
-          Selanjutnya adukan dihamparkan / ditumpuk dibawah bangunan yang beratap dan tutup dengan karung goni.
-          Ukur suhu awal dan amati perkembangan suhu setiap 24 jam sekali, bila suhu kompos mencapai 50 derajat maka bahan kompos diaduk-aduk kembali.
-          Kompos akan jadi setelah diinkubasi selama 7 – 10 hari hingga kering.
-          Selanjutnya kompos di saring/di ayak dan di kemas.

Sumber : http://kimiadisekitarkita.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar