Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar
masyarakatnya hidup dengan mata pencarian sebagai petani, hidup dipedesaan
dengan tingkat kehidupan sosial ekonomi yang relatif sederhana maka dalam
mengantisipasi program pembangunan nasional dengan lebih memberdayakan
kehidupan masyarakat, baik dalam menciptakan peluang kesempatan kerja, maupun
peningkatan pendapatan yang bertambah luas terhadap upaya pengentasan
kemiskinan, perlu diciptakan suatu bentuk penerapan teknologi tepat guna dan
bermanfaat bagi pengembangan produksi komoditi dengan memanfaatkan limbah di
sekitar kita menjadi pupuk (kompos).
Pada industri pengolahan kayu sebagai limbah serbuk
kayu biasanya digunakan sebagai bahan bakar tungku, atau di bakar begitu saja
tanpa penggunaan yang berarti, sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
(Febrianto, 1999). Dalam rangka efisiensi penggunaan kayu perlu diupayakan
pemanfaataan serbuk kayu menjadi produk yang menjadi lebih bermanfaat. Salah
satu pemanfaatnya yang lain adalah sebagai bahan baju pupuk kompos.
Suatu hal yang perlu dimaklumi bahwa Indonesia sebagai
negrara tropika basah dengan sebagian besar status dan kondisi lahan marginal,
akibat intansitas curah hujan yang tinggi di tambah status pengetahuan dalam
upaya konservasi lahan dan kultur teknis agronomis dan pemanfaatan lahan untuk
tujuan produksi atas komoditi tanaman yang belum/kurang di pahami masyarakat.
Pada beberapa kawasan dijumpai terjadinya penurunan kwalitas kesuburan fisik
dan kimia lahan. Untuk mengatasi dan memperbaiki kesuburan lahan, masyarakat
sementara ini lebih akrab melakukan pemupukan dengan bahan kimia buatan yang
secara fisik dan kimia sering berdampak terhadap penurunan kinerja
mikroorganisme serta meningkatnya tingkat kejenuhan yang merubah struktur
kondisi fisik dan kimia lahan.
Dengan berkembangnya produk kompos organik sebagai
pupuk dengan bantuan formula Efektif Mikroorganisme ( EM – 4 ) selain dapat
memperkaya mikroorganisme lahan, juga dapat meningkatakan peran fisiologis
dalam menghambat intensitas gangguan hama dan penyakit.
Pada sisi lain dengan status kondisi sosial masyarakat
petani yang relatif rendah serta perkembangan harga pupuk kimia yang terlalu
mahal untuk petani, perlu dicarikan solusi upaya penyediaan pupuk secara
efektif dan efisien yang terjangkau daya beli masyarakat.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi
menyangkut fungsi dan peran mikroorganisme dalam proses dekomposisi limbah,
dimana secara teknis mudah dilaksanakan serta potensi limbah kehutanan,
pertanian dan peternakan yang tersedia di sekitar kehidupan masyarakat maka
dimungkinkan solusi penyediaan bahan pupuk organik yang dapat mendukung
budidaya berbagai jenis tanaman.
Pembuatan
Kompos.
1. Alat-alat yang digunakan :
-
Cangkul,
sekop, garpu, sabit.
-
Ember
-
Termometer
-
Karung goni
dan plastik
2. Bahan-bahan pembuatan kompos.
-
Serbuk
gergaji
-
Dedak
-
Limbah
pertanian (Sekam padi)
-
Kotoran
ternak
-
Gula molases
-
EM-4
-
Air
secukupnya
3. Cara Pembuatan :
-
Serbuk
gergaji, limbah pertanian dan kotoran ternak dicampur hingga merata.
-
Tambahkan
dedak pada campuran tersebut secara merata pula.
-
Siram dengan
larutan EM-4 dan gula molases dicampur dengan air bersih, sambil terus
diaduk-aduk.
-
Pemberian
larutan EM-4 dan gula molases hingga mencapai kelembaban 50%.
-
Selanjutnya
adukan dihamparkan / ditumpuk dibawah bangunan yang beratap dan tutup dengan
karung goni.
-
Ukur suhu
awal dan amati perkembangan suhu setiap 24 jam sekali, bila suhu kompos
mencapai 50 derajat maka bahan kompos diaduk-aduk kembali.
-
Kompos akan
jadi setelah diinkubasi selama 7 – 10 hari hingga kering.
-
Selanjutnya
kompos di saring/di ayak dan di kemas.
Sumber : http://kimiadisekitarkita.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar